PETANI TANJANG BERBUNGAH HATI JELANG PANEN PADI

 petani menjaga padi dari serangan burung pipit dengan cara tradisional

Tanjang.com. Pada tanggal 21 November 2024, para petani di Desa Tanjang merasa sangat bergembira karena dalam waktu dua minggu lagi mereka akan memanen padi. Panen kali ini terasa lebih spesial, karena harga gabah telah meningkat hingga mencapai 7.000 rupiah per kilogram. Keberuntungan ini semakin terasa karena mereka berharap akan mendapatkan hasil yang optimal. Luas area pertanian di Desa Tanjang mencapai 191 hektar, namun yang ditanami padi seluas 168 hektar. Dengan harga gabah yang tinggi dan hasil panen yang melimpah, para petani optimistis bahwa mereka akan meraih keuntungan yang signifikan dari panen kali ini. Kenaikan harga gabah menjadi berkah tersendiri bagi mereka yang telah bekerja keras sepanjang musim tanam.

Di Desa Tanjang, area persawahan terbagi menjadi empat kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Makmur, Kelompok Tani Makmur 2, Kelompok Tani Nambangan, dan Kelompok Tani Nambangan 2. Masing-masing kelompok tani ini mengelola area persawahan mereka dengan menggunakan sistem pengairan pompanisasi, yang mengalir dari alur Sungai Juwana.

Dalam hal ini, tiga dari empat sistem pompanisasi yang ada di Desa Tanjang dimiliki oleh pengusaha swasta, sementara satu pompanisasi lainnya dimiliki oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Tanjang. Sistem pompanisasi ini sangat penting untuk menjaga kelancaran irigasi dan memastikan bahwa lahan pertanian mendapatkan pasokan air yang cukup untuk pertumbuhan padi, terutama selama musim kemarau atau ketika sumber air alami sulit diandalkan.Kehadiran pompanisasi yang dikelola oleh pengusaha swasta dan Gapoktan ini menunjukkan adanya kerjasama antara sektor swasta dan masyarakat desa untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Dengan sistem pengairan yang terjamin, para petani di Desa Tanjang bisa berharap untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, terutama dengan harga gabah yang tinggi seperti saat ini.

Rasa bungah para petani di Desa Tanjang memang cukup mendalam, mengingat tantangan yang mereka hadapi menjelang musim panen. Meskipun harga gabah yang tinggi menjadi kabar gembira, kekhawatiran besar muncul setelah musim panen ketika hujan tidak turun dan Sungai Juwana mulai mengering. Kondisi ini dapat berisiko terhadap keberlangsungan pertumbuhan padi, karena pasokan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman padi menjadi terbatas.

Namun, para petani Desa Tanjang merasa sedikit lega karena Sungai Juwana adalah sungai besar yang berada di bawah kewenangan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Jawa Tengah. Sungai ini menjadi sumber air utama yang mengaliri lahan pertanian mereka, terutama di musim kemarau. Menghadapi kekhawatiran akan kekurangan air, para petani di Desa Tanjang tidak tinggal diam. Mereka berkoordinasi dengan kelompok-kelompok tani lain yang berada di sepanjang bantaran Sungai Juwana, termasuk kelompok-kelompok tani yang ada di Kecamatan Gabus, untuk memastikan pasokan air tetap lancar. Mereka bekerja sama dengan Ketua Kelompok P3A (Perhimpunan Petani Pemakai Air) di wilayah masing-masing untuk menyampaikan permasalahan ini kepada pihak yang berwenang. Upaya koordinasi ini bertujuan agar BBWS Jawa Tengah bisa segera menggelontorkan air dari Waduk Kelambu dan Waduk Logung ke Sungai Juwana, sehingga aliran air ke sawah-sawah petani tetap terjaga dan pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu. 

Kerja sama antara petani, pengelola air, dan pihak BBWS ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para petani, terutama di masa-masa kritis seperti musim kemarau. Dengan upaya ini, para petani berharap dapat memastikan panen yang baik tanpa terhalang oleh kekurangan air.


editor : munip




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama